Translate

December 16, 2010

Memaknai 10 Muharram

Muharram sebagai bulan pertama dalam penanggalan umat muslim, ada begitu banyak keutamaan dalam bulan pertama di tahun Hijriah ini. Dan, hari ini tidak terasa kita sudah berada di hari kesepuluh di bulan Muharram. Apa dan bagaimana 10 Muharram itu sangat berarti bagi kita???


Imam Ghazali menyebutkan, pada hari Asyura, Allah menciptakan arasy, langit, bumi, matahari, bulan, bintang-bintang, dan surga.


Hari Asyura (hari ke sepuluh bulan Muharam) menjadi hari yang paling penting bagi umat Islam. Selain merupakan hari di mana disyariatkannya untuk pertama kali sebagai hari berpuasa dalam sejarah Islam dan terjadinya peristiwa Karbala, berdasarkan hadis yang dicatat oleh Imam al-Ghazali, pada hari Asyura dalam tahun-tahun yang berbeda terjadi beberapa peristiwa penting lainnya.

Dalam sebuah hadis yang dicatat oleh al-Ghazali di dalam bukunya Mukasyafah al-Qulub al-Muqarrib min 'Allam al-Guyub (Pembuka Hati yang Mendekatkan dari Alam Gaib) disebutkan bahwa pada hari Asyura, Allah menciptakan arasy, langit, bumi, matahari, bulan, bintang-bintang, dan surga. Pada hari itu juga Allah pertama kali menurunkan hujan dan rahmat-Nya serta menjadikan Malaikat Jibril.

Sejarah Islam juga mencatat pada tanggal 10 Muharam ini juga terjadi sejumlah peristiwa yang berkaitan dengan para nabi yang diutus oleh Allah SWT. Pada hari Asyura ini Nabi Adam diciptakan, diampunkan dosanya setelah bertahun-tahun memohon keampunan karena melanggar larangan Allah dan masuk surga. Pada tanggal yang sama, Nabi Idris diangkat derajatnya oleh Allah dan Malaikat Izrail membawanya ke langit.

Pada masa Nabi Nuh, beliau dan para pengikutnya yang beriman kepada Allah SWT selamat dari banjir besar setelah bahtera yang membawa mereka selamat berlabuh di puncak pegunungan. Peristiwa tersebut terjadi hari Asyura. Nabi Ibrahim dilahirkan pada hari Asyura dan di hari itu pula ia diselamatkan dari api Raja Namrud.

Pada hari Asyura, mata Nabi Ya'qub disembuhkan dari kebutaannya dan pada hari itu pula putranya, Nabi Yusuf, dibebaskan dari penjara setelah meringkuk di dalamnya selama tujuh tahun. Demikian pula pada hari Asyura, Nabi Musa bersama pengikutnya diselamatkan dari kejaran Fir'aun dan tentaranya setelah Allah menenggelamkan Fir'aun dan pasukannya di Laut Merah. Pada hari yang sama, Allah juga menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa.

Nabi Yunus selamat keluar dari perut ikan paus setelah berada di dalamnya selama 40 hari 40 malam pada hari Asyura. Pada hari itu pula Nabi Sulaiman diberi kerajaan yang besar. Sementara Nabi Isa dilahirkan dan diangkat ke langit pada hari yang sama.

Ritual dan Tradisi Peringatan Hari Asyura dan 1 Muharam

Banyak cara dan tradisi yang dilakukan umat Islam dalam menyambut tahun baru Islam pada 1 Muharam hingga pada hari ke sepuluh. Terkadang, untuk menyemarakkan syiar dan dakwah, umat Islam menyelenggarakan kegiatan dengan tema gebyar Muharam atau hijrah. Berikut sejumlah cara peringatan Asyura atau menyambut tahun baru Islam di sejumlah negara.

Peringatan Asyura di Iran

Sebagai negara Muslim yang penduduknya adalah pengikut Syiah, peringatan Asyura menjadi ritual mutlak di Iran. Ritual Asyura yang berkembang di Iran, menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern, antara lain adalah prosesi dan pertunjukan lakon tanpa gerak atau dialog tentang tragedi Karbala.

Para peserta prosesi terbagi ke dalam beberapa kelompok, seperti sinahzan (orang-orang yang memukuli dada mereka dengan telapak tangan), zanjirzan (orang-orang yang memukuli punggung mereka dengan rantai), dan syamsirzan (orang-orang yang melukai dahi mereka dengan pedang atau pisau). Sebagian juga menyiksa diri mereka dengan batu. Yang lain membawa alam yang melambangkan panji-panji Husain di Karbala.

Dalam beberapa prosesi, nakhl (pohon kurma) dibawa karena menurut tradisi jenazah Husain yang tidak berkepala dibawa dengan usungan yang terbuat dari cabang-cabang pohon kurma. Prosesi ini diiringi barisan musik dukacita dan perang. Prosesi teragung berlangsung di hari Asyura itu sendiri.

Sementara dalam ritual diam, ada raudhah khvani, pembacaan dan pelantunan kisah Husain, keluarganya, dan para pengikutnya di pertempuran Karbala yang berdarah. Seorang pendongeng martirologi Syiah duduk di hadapan hadirin di mimbar di dalam kemah hitam, di bawah kajang, atau di gedung besar khusus yang disebut Husainiyah atau takiyah. Ritual diam paling terkenal di Iran adalah ta'ziyah, satu-satunya drama serius yang dikembangkan di dunia Islam, drama yang membawakan kesyahidan Husain di hari Asyura.

Asyura di India dan Pakistan

Ritual Asyura di kedua negara ini mengikuti pola Iran dengan beberapa pengurangan dan penambahan.Ta'ziyah sebagai bentuk teatrikal dramatis tak dikenal di kedua negara ini. Pembacaan lukisan Syiah tidak ada. Namun, yang menarik dari perayaan hari Asyura di kedua negara ini adalah fakta bahwa kaum Sunni dan bahkan Hindu ikut aktif dalam banyak ritual Asyura. Bahkan, kaum Sunni memiliki ritual tersendiri.

Ciri paling khas dari peringatan Asyura di anak Benua India-Pakistan adalah penafsiran artistik raksasa tentang mausoleum Husein yang dibawa dalam prosesi Asyura. Pada akhir Asyura, struktur-struktur ini, yang disebut ta'ziyah, dikuburkan di pemakaman lokal yang disebut Karbala atau dibenamkan di air.

Jenis raudhah khvani dalam peringatan kesyahidan Husain, yang disebut majelis atau majelis di India, dilaksanakan di bangunan terbuka atau di gedung khusus yang disebut imambarah atau asyurkhanah.

Asyura di Karibia dan Irak

Ritual Asyura banyak yang dibawa oleh kaum Muslim India ke Karibia pada paruh pertama abad ke-19 M. Peringatan Asyura di sana disebut Hosay dan berlangsung selama tiga malam dan satu hari. Malam terakhir Asyuralah yang paling spektakuler, di mana berbagai replika warna-warni makam Husain yang disebut tajas, yang tingginya hampir lima meter, diarak menyertai tassah dan irama tabuhan.

Sementara di Irak selatan, prosesi dan majelis merupakan pemandangan umum pada sepuluh hari pertama bulan Muharram, yang berpuncak di hari Asyura itu sendiri. Seperti halnya di Karibia, perayaan Asyura di Irak selatan juga tampak meriah.


Upacara Tabut
Di Indonesia, seperti Bengkulu dan Pariaman (Sumatra Barat), kematian Husein juga diperingati secara khusus di hari Asyura. Peringatan hari Asyura di Indonesia dilakukan dalam bentuk upacara Tabut, yakni dengan jamuan makanan dan arak-arakan. Arakan tabut ini dibuat dari batang pisang yang disusun dan dihiasi sedemikian indah dari bunga-bunga beraneka warna.

Setelah upacara selesai, tabut dibawa ke pinggir pantai sambil diiringi teriakan "hayya Husain, haiyya Husain! (Hidup Husain)." Sebagai tanda upacara sudah selesai, tabut kemudian dibuang ke laut. Namun, belum ada penelitian khusus apakah upacara Tabut ini tumbuh dengan sendirinya sebagai produk kebudayaan daerah atau merupakan pengaruh dari ajaran Syiah.

Perayaan 1 Suro

Jika di sejumlah negara perayaan yang terkait dengan bulan Muharam adalah peringatan hari Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharam, di Indonesia perayaan bulan Muharam tidak hanya terkait dengan hari Asyura saja, tetapi juga menyangkut perayaan 1 Muharam yang dikenal dengan istilah 1 Suro. Perayaan 1 Suro ini dianggap banyak kalangan sebagai produk kebudayaan daerah setempat yang banyak mendapatkan pengaruh ajaran Hindu.

Tradisi untuk merayakan 1 Suro tersebut hingga saat ini masih berlangsung di sejumlah wilayah di Indonesia, seperti di Demak, Kudus, Yogyakarta, dan Solo. Perayaan 1 Suro ini antara lain dilakukan dengan melakukan ziarah ke tempat-tempat yang dipercaya mempunyai daya supranatural yang kuat.

Bagi masyarakat Jawa yang masih menjalankan tradisi perayaan 1 Suro ini, mereka mengenal beberapa tempat yang biasa dipakai untuk perayaan 1 Suro. Tempat-tempat tersebut, antara lain, Sungai Sipendok yang terletak di lereng timur Gunung Merbabu, Boyolali, kawah Gunung Merbabu, kawah Gunung Merapi, puncak Gunung Sumbing di Temanggung, puncak Gunung Sindoro di Wonosobo, dan Desa Guyangan, Nogotirto, Sleman, Yogyakarta

Di tempat-tempat tersebut, para penziarah selain mengadakan ritual sesaji sedekah, juga melakukan ritual mandi ataupun berendam untuk tujuan penyucian diri di aliran sungai yang berada di tempat-tempat tersebut. Ritual penyucian diri ini hanya boleh dilakukan di waktu tengah malam pada tanggal 1 Muharam. Sesudah mandi atau berendam, dilanjutkan dengan mengadakan tirakatan di pinggiran sungai sampai pagi hari.


Sumber: http://republika.co.id


No comments:

Post a Comment