Sejauh ini kita sudah sangat akrab dengan kata “hipnotisme”. Perlu ditambahkan bahwa hipnotisme hanyalah kata umum yang maknanya sangat bergantung pada konteks. Paling tidak, ada 5 jenis hipnotisme yang berkembang saat ini:
1.Hipnotisme panggung atau hiburan; karena hipnotisme jenis ini sebagai sarana hiburan publik semata.
2.Hipnosis -diri atau otohipnotis; jenis yang satu ini sebagai sarana untuk menyugesti diri sendiri dan masuk ke dalam bawah-sadar pribadi untuk tujuan terapeutik dan pengembangan diri.
3.Hipnotisme forensik; apabila digunakan sebagai sarana merangkai kembali ingatan-ingatan korban kejahatan atau saksi mata dalam persidangan.
4.Hipnotisme eksperimental; bila ditujukan untuk melakukan penelitian penelitian eksperimental.
5.Hipnoterapi atau hipnotisme medis; apabila dipergunakan sebagai sarana terapeutik.
Dari beragam jenis hipnotisme di atas, muncul pertanyaan: bisakah dikemukakan satu definisi yang umum berlaku tentang hipnotisme?.
Tokoh yang pertama kali menggunakan istilah “hipnotisme” adalah James Braid. Hipnotisme adalah singkatan dari “neurohipnotisme” yang berarti tidurnya sistem syaraf (nervous sleep). Menurut Braid, hipnotisme hanyalah akibat dari tidurnya sistem syaraf karena perhatian visual yang terfokus dan terkonsentrasi pada satu objek. Meski sempat merevisi pandangannya, namun Braid tetap berkeyakinan bahwa sebab utama hipnosis adalah terpusatnya kesadaran pada satu objek atau ide tertentu.
Sigmund Freud melihat hipnosis sebagai keadaan tidur yang memiliki tingkat trans (keadaan keadaan yang bisa terjadi diluar kesadaran) yang bervariasi mulai dari ringan sampai ekstrem. Pada tingkat yang ringan, klien akan mengalami penurunan dalam kemampuan indera untuk menangkap stimulus eksternal, sementara pada tingkat yang ekstrem klien mengalami 'somnabolisme' atau berjalan disaat tidur. Freud juga menekankan perlunya pembedaan antara tidur hipnotik dan tidur alamiah pada malam hari. Dalam tidur hipnotik, proses proses mental tertentu tetap bekerja.
Gil Boyne yang digelari pelatih para hipnotis di Amerika dan pendiri Dewan Pemeriksa Hipnotis Amerika (American Council of Hypnotist Examiners) memandang hipnosis sebagai keadaan pikiran normal yang dicirikan dengan; relaksasi yang dalam, keinginan mengikuti sugesti yang sejalan dengan sistem kepercayaan, pengaturan diri dan normalisasi sistem syaraf pusat, sensitivitas yang meningkat dan selektif terhadap stimuli eksternal dan mekanisme pertahanan psikis yang melemah.
Dari beberapa pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa hipnosis sebagai keadaan terfokusnya perhatian pada meningkatnya sugestibilitas sebagai efek dari sikap kooperatif dengan orang lain. Dalam hipnoterapi, fokus perhatian tidak harus berupa objek fisik (jam, atau pendulum), tetapi juga objek mental seperti metafora atau cerita cerita yang bisa mengaktifkan bawah sadar klien.
Untuk sampai pada trans, klien perlu meningkatkan sugestibilitasnya dan terapis perlu mengetahui teknik yang baik dalam memberi sugesti. Semua proses ini akan berjalan dengan baik bila ada rapport (kepercayaan) antara terapis dan klien.
Kita sudah mengetahui definisi tentang hipnosis, lalu bagaimana dengan 'hipnotisme'?. Dalam The American Heritage Dictionary (second edition), hipnotisme diartikan sebagai “ the teory or practice of inducing hypnosis (teori atau praktek yang menyebabkan hipnosis); an act of inducing hypnosis (tindakan yang menyebabkan hipnosis)”. Sementara hipnosis di definisikan “an artificially induced sleeplike condition in which an individual is extremely responsive to suggestion made by the hypnotist (keadaan seperti tidur yang dimunculkan secara artificial dimana seseorang menjadi sangat responsif terhadap sugesti yang diucapkan oleh hipnotis)”. Jadi, hipnotisme dan hipnosis jelas berbeda. Namun, sejak tahun 1950-an istilah hipnotisme sering dipertukarkan dengan hipnosis.
Dari beberapa pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa hipnosis sebagai keadaan terfokusnya perhatian pada meningkatnya sugestibilitas sebagai efek dari sikap kooperatif dengan orang lain. Dalam hipnoterapi, fokus perhatian tidak harus berupa objek fisik (jam, atau pendulum), tetapi juga objek mental seperti metafora atau cerita cerita yang bisa mengaktifkan bawah sadar klien.
Untuk sampai pada trans, klien perlu meningkatkan sugestibilitasnya dan terapis perlu mengetahui teknik yang baik dalam memberi sugesti. Semua proses ini akan berjalan dengan baik bila ada rapport (kepercayaan) antara terapis dan klien.
Kita sudah mengetahui definisi tentang hipnosis, lalu bagaimana dengan 'hipnotisme'?. Dalam The American Heritage Dictionary (second edition), hipnotisme diartikan sebagai “ the teory or practice of inducing hypnosis (teori atau praktek yang menyebabkan hipnosis); an act of inducing hypnosis (tindakan yang menyebabkan hipnosis)”. Sementara hipnosis di definisikan “an artificially induced sleeplike condition in which an individual is extremely responsive to suggestion made by the hypnotist (keadaan seperti tidur yang dimunculkan secara artificial dimana seseorang menjadi sangat responsif terhadap sugesti yang diucapkan oleh hipnotis)”. Jadi, hipnotisme dan hipnosis jelas berbeda. Namun, sejak tahun 1950-an istilah hipnotisme sering dipertukarkan dengan hipnosis.
Untuk bahasan mengenai kelima jenis hipnotisme diatas, tunggu postingan berikutnya.
No comments:
Post a Comment