Translate

February 7, 2011

Nyanyian Hujan

Dalam bukunya An-Nabdah Fi Fann al-Musiq, Kahlil Gibran menggambarkan bagaimana alam semesta ini mencipta music, mereka bernyanyi dengan senandung masih-masing dan di waktunya masing-masing mereka mendendangkanya memenuhi carawala bumi.

Setiap kejadian di bumi mencipta suatu gubahan lagu, makhluk di muka bumi, peristiwa alam semuanya memiliki gubahan lagu sendiri.


Nyanyian Hujan

Aku adalah benag-benang perak yang diulurkan oleh para dewa dari tempat-tempat yang tinggi, kemudian di ambil oleh bumi untuk dijadikan hiasan lembah-lembahnya.

Aku adalah kumpulan mutiara yang terpatri pada mahkota isytar, kemudian dicuri oleh puteri-puteri pagi untuk dipasang di kebun-kebun bumi.

Ketika aku menangis tersedu, maka kabut pun tersenyum ceria. Saat aku merunduk hina, maka bunga-bunga di kebun mendongak dengan angkuhnya.

Awan dan kebun adalah dua kekasih yang saling mencinta, sedangkan aku adalah kurir pesuruh yang selalu siap di antara kedua kekasih itu. 


Aku jatuh bercucuran untuk mendinginkan rasa haus di satu tempat, serta menyembuhkan kekeringan di tempat lain.
Gelegar suara petir dan kilatan pedang halilintar selalu menyambut kedatanganku. Dan pelangi mengumumksn berakhirnya persembunyianku.

Itulah gambaran kehidupanku di bumi ini. Kehidupan senantiasa di mulai oleh keangkara murkaan dan berakhir dengan cengkraman kematian yang sunyi.

Aku naik dari kedalaman dasar danau dan berjalan melintasi sayap-sayap cakrawala. Ketika aku menyaksikan taman-taman di bumi maka aku menjatuhkan diri, mencium kelopak bunga-bunganya, dan memeluk dahan-dahannya.

Dalam keheningan, aku mengetuk langkan jendela rumah manusia dengan jemariku yang lembut. Suara ketukan itu kemudian menciptakan gubahan sebuah lagu yang hanya akan di mengerti oleh jiwa-jiwa yang penuh perasaan.

Panas terik yang ditimbulkan oleh udara telah melahirkanku, tetapi kemudian aku membunuh panasnya udara. Seperti itulah keadaan perempuan yang mengalahkan laki-laki, dengan kekuatan yang diambilnya dari laki-laki itu pula.

Aku adalah rintihan panjang yang dikeluhkan lautan. Aku adalah cucuran airmata kesedihan langit. Aku adalah senyuman ceria kebun-kebun bunga.


Begitulah hakikat cinta. Ia adalah rintihan panjang yang dikeluhkan oleh lautan perasaan kasih saying. Ia adalah cucuran airmata kesedihan langit pikiran. Ia adalah senyuman ceria kebun-kebun bunga jiwa.

No comments:

Post a Comment