Translate

February 18, 2011

Belajar menghadapi kesulitan hidup dari hal sederhana

Tulisan ini entah dari mana asalnya, pun hanya sebuah kutipan dan anda mungkin sudah pernah menemukannya di blog lain atau juga telah membacanya.

Saya menampilkan tulisan ini kembali sekedar untuk bagaimana kita pahami dan mengambil makna yang begitu besar dari sebuah cerita sederhana. Nah, jangan pernah berputus asa dan menyesali hidup ini. Semakin kita terpuruk dunia akan mentertawakan kita sebagai pecundang.

Bercerminlah dari hal-hal kecil di sekitar kita, sekiranya semua pasti pernah merasakan pasang surut kehidupan, diterpa badai penderitaan. Dan sebaik-baiknya kita adalah yang mampu bertahan dari segala gempuran.

Simak cerita berikut ini;
Seorang anak mengeluh pada ayahnya tentang hidupnya yang sulit. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa dan ingin menyerah saja. Ia telah lelah berjuang. Setiap saat satu persoalan terpecahkan, persoalan yang lain muncul. 

Ayahnya, yang seorang juru masak, tersenyum dan membawa anak perempuannya ke dapur. Ia lalu mengambil tiga buah panci, mengisinya masing-masing dengan air dan meletakkannya pada kompor yang menyala. Beberapa saat kemudian air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama, ia memasukkan wortel. Lalu, pada panci kedua ia memasukkan telur. Dan, pada panci ketiga ia memasukkan beberapa biji kopi tumbuk.Ia membiarkan masing-masing mendidih.

Selama itu ia terdiam seribu basa. Sang anak pun bingung, tak sabar menunggu dan heran dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya. Dua puluh menit kemudian, sang ayah mematikan api. Lalu menyiduk wortel dari dalam panci dan meletakkanya pada sebuah piring. Kemudian ia mengambil telur dan meletakkanya pada piring yang sama. Terakhir ia menyaring kopi yang diletakkan pada piring itu juga.

Ia lalu menoleh pada anaknya dan bertanya, "Apa yang kau lihat, nak?" "Wortel, telur, dan kopi, " jawab sang anak.
Ia membimbing anaknya mendekat dan memintanya untuk memegang wortel. Anak itu melakukan apa yang diminta dan mengatakan bahwa wortel itu terasa lunak. Kemudian sang ayah meminta anaknya memecah telur. Setelah telur itu dipecah dan dikupas, sang anak mengatakan bahwa telur rebus itu kini terasa keras. Sang anak tersenyum saat mencicipi aroma kopi yang sedap itu. 

"Apa maksud semua ini, ayah?" tanya sang anak.

Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda tadi telah mengalami hal yang sama, yaitu direbus dalam air mendidih, tetapi selepas perebusan itu mereka berubah menjadi sesuatu yang berbeda-beda. Wortel yang semula kuat dan keras, setelah direbus dalam air mendidih, berubah menjadi lunak dan lemah.


Sedangkan telur, sebaliknya, yang semula mudah pecah, kini setelah direbus menjadi keras dan kokoh. Sedangkan biji kopi tumbuk berubah menjadi sangat unik. Biji kopi, setelah direbus, malah mengubah air yang merebusnya
itu. "Maka, yang manakah dirimu?" tanya sang ayah pada anaknya. 

"Di saat kesulitan menghadang langkahmu, perubahan apa yang terjadi pada dirimu?
Apakah kau menjadi sebatang wortel, sebutir telur atau biji kopi?"

No comments:

Post a Comment