Tadi pagi berangkat ke kantor dengan hati agak sumpek, entah kenapa sepanjang tadi malam saya merasa tidak nyaman. Sepanjang jalan dari rumah hanya kosong dan hampa terasa, sampai tiba-tiba saya bertemu dengan seseorang yang selalu bisa membuat saya tersenyum walaupun dalam kondisi paling down. Seulas senyum tipis kuuraikan, symbol tegur sapa kami. Memang selama ini tidak pernah ada komunikasi lisan namun dari tatapan dan senyuman jiwa kita berbicara.
Kadang kala seseorang merasa hidup tidak akan pernah mencapai maknanya tanpa kehadiran seorang teman. Teman adalah orang-orang yang dicintai dan yang mencintai pula. Orang-orang yang dengan keluasan hati menerima diri apa adanya, tanpa bumbu dan banyak cela.
Menyayangi teman, sama sekali bukan berarti menafikan kecintaan kepada yang lain. Kecintaan kepada keluarga, kepada diri sendiri, sebab tiap-tiap jendela cinta memiliki ruangan tersendiri di hati yang tidak akan mampu disamakan dengan cinta-cinta yang lain. Yang kesemuanya tidak saling berhimpit tidak pula saling bersinggungan. Namun tiap-tiap kecintaan mengisi bilik-bilik hati yang berbeda. Kesemua cinta hendaknya merupakan suatu refleksi cinta kepada Allah SWT. Suatu pancaran keemasan dari keimanan, desiran sejuk angin kerinduan, dan deburan tegar ombak istiqomah.
Menyayangi teman, sama sekali bukan berarti menafikan kecintaan kepada yang lain. Kecintaan kepada keluarga, kepada diri sendiri, sebab tiap-tiap jendela cinta memiliki ruangan tersendiri di hati yang tidak akan mampu disamakan dengan cinta-cinta yang lain. Yang kesemuanya tidak saling berhimpit tidak pula saling bersinggungan. Namun tiap-tiap kecintaan mengisi bilik-bilik hati yang berbeda. Kesemua cinta hendaknya merupakan suatu refleksi cinta kepada Allah SWT. Suatu pancaran keemasan dari keimanan, desiran sejuk angin kerinduan, dan deburan tegar ombak istiqomah.
Teman, kata itu adalah ungkapan kerinduan dan sejuta harapan. Harapan untuk dapat saling menegur dan meneguhkan. Membuang jauh-jauh kata perbedaan dan mencoba untuk mengawali segalanya dari kesamaan. Pada kata itu akan ditemukan hakikat hidup dan kehidupan, karena bersamanya kita mampu menahan derita dan sengsara, gundah dan gulana, namun begitu manis terasa segala kerutan layar perjuangan karena Allah lah yang telah membuatnya.
Teman, bertemankan jiwa-jiwa yang ber-izzah mulia dan menggelora, dengan segudang ide dan idealisme yang Robbani. Meniti jembatan yang sama, dengan tekad yang serupa dan seragam kebesaran jiwa. Bukan untuk sekedar menghabiskan sisa minuman kehidupan dunia, tapi hidup untuk sebuah cita yang takkan pernah kandas sia-sia. Pantas saja jika Rosululloh mewasiatkan agar kita menjadikan mereka yang sholeh sebagai teman kepercayaan.
Teman, harus kita terima bahwa berteman bukan berarti untuk selalu bersama secara harfiah. Suatu saat pasti kita akan terpisah pula. Menempati lini-lini berbeda di setiap sudut kehidupan, agar setiap insan dapat tersentuh cahayaNya.
Teman, bertemankan jiwa-jiwa yang ber-izzah mulia dan menggelora, dengan segudang ide dan idealisme yang Robbani. Meniti jembatan yang sama, dengan tekad yang serupa dan seragam kebesaran jiwa. Bukan untuk sekedar menghabiskan sisa minuman kehidupan dunia, tapi hidup untuk sebuah cita yang takkan pernah kandas sia-sia. Pantas saja jika Rosululloh mewasiatkan agar kita menjadikan mereka yang sholeh sebagai teman kepercayaan.
Teman, harus kita terima bahwa berteman bukan berarti untuk selalu bersama secara harfiah. Suatu saat pasti kita akan terpisah pula. Menempati lini-lini berbeda di setiap sudut kehidupan, agar setiap insan dapat tersentuh cahayaNya.
No comments:
Post a Comment