Semalam, termenung sendiri dalam kamar saya berpikir apa yang dapat saya lakukan melewati malam ini, iseng saya mengambil external disk yang sudah lama mendekam dalam laci meja, niatnya sih buat merapikan membuang file2 yang sudah lama.
Ketika memulai memilah milih, terutama koleksi film di bawah tahun 2005 saya delete satu persatu. Saya tertegun ketika hendak menghapus sebuah film bergenre fiction. Lama saya tatap dalam dalam judulnya, jujur ini adalah film paling rumit yang pernah saya nonton sekaligus film terbaik menurut saya, karena pertama kali saya menonton film ini, saya dibuat kebingungan untuk mengerti jalan ceritanya.
“The Butterfly Effect” inilah film yang saya maksud, sebuah film yang di bintangi dan di produseri sendiri oleh Aston Kutcher. Film ini cukup sederhana, tanpa dramatisasi visual.
Berikut sedikit kutipan dari film ini; ...Bertemu kembali dengan Kayleigh, teman masa kecilnya yang begitu ia cintai yang memiliki kehidupan yang sangat suram dan berantakan, Evan bermaksud untuk merubah takdir kehidupan sang gadis pujaannya tersebut. Evan yang dianugerahi kemampuan untuk mampu kembali ke masa lalu dan melakukan berbagai hal yang pada akhirnya akan merubah takdir masa depan orang-orang yang terlibat pada kehidupannya itu. Sukses untuk kembali ke masa lalu (masa kanak-kanaknya) dan merubah masa lalu Kayleigh yang menjadi biang kehancuran masa depannya, lalu Evan kembali lagi ke masa depan hidupnya, dimana ia terkejut dengan perubahan yang terjadi. Evan dan Kayleigh menjadi sejoli mahasiswa yang borjuis dan berbahagia, tentunya Evan senang, namun tidak hingga ia melihat realita kehidupan kampus yang sesungguhnya, dimana ia kehilangan teman-teman dan lingkungan yang (pada kehidupan sebelumnya) begitu respek padanya. Evan galau, karena ternyata takdir tidak bisa begitu saja ia pilih dan ia rancang...
Bukan cerita dari film ini yang akan saya ceritakan tetapi kepada judul film ini sendiri yang sarat akan makna merupakan istilah untuk sebuah teori ilmiah yang menjadi latar dan pesan utama dari film ini, sebuah teori yang dikenal dengan “Teori Chaos”.
Dari wikipedia dijelaskan bahwa; Butterfly effect ( Efek Kupu-kupu ) ini merujuk pada sebuah pemikiran bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brazil dapat menghasilkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian. Fenomena ini juga dikenal sebagai sistem yang ketergantungannya sangat peka terhadap kondisi awal. Hanya sedikit perubahan pada kondisi awal, dapat mengubah secara drastis kelakuan sistem pada jangka panjang.
Jika suatu sistem dimulai dengan kondisi awal dua maka hasil akhir dari sistem yang sama akan jauh berbeda jika dimulai dengan 2,000001 di mana 0,000001 sangat kecil sekali dan wajar untuk diabaikan. Dengan kata lain: kesalahan yang sangat kecil akan menyebabkan bencana dikemudian hari.
Teori Chaos adalah teori yang berkenaan dengan sistem yang tidak teratur seperti awan, pohon, garis pantai, ombak dll : random, tidak teratur dan anarkis. Namun bila dilakukan pembagian (fraksi) atas bagian-bagian yang kecil, maka sistem yang besar yang tidak teratur ini didapati sebagai pengulangan dari bagian-bagian yang teratur. Secara statistik: Chaos adalah kelakuan stokastik dari sistem yang deterministik. Sistem yang deterministik (sederhana, satu solusi) bila ditumpuk-tumpuk akan menjadi sistem yang stokastik (rumit, solusi banyak).
Sejarah teori Butterfly Effect
Edward Norton Lorenz menemukan efek kupu-kupu atau apa yang menjadi landasan teori chaos pada tahun 1961 di tengah-tengah pekerjaan rutinnya sebagai peneliti meteorologi. Ia dilahirkan pada 23 Mei 1917 di Amerika Serikat dan memiliki latar belakang pendidikan di bidang matematika dan meteorologi dari MIT.
Dalam usahanya melakukan peramalan cuaca, dia menyelesaikan 12 persamaan diferensial non-linear dengan komputer. Pada awalnya dia mencetak hasil perhitungannya di atas sehelai kertas dengan format enam angka di belakang koma (...,506127). Kemudian, untuk menghemat waktu dan kertas, ia memasukkan hanya tiga angka di belakang koma (...,506) dan cetakan berikutnya diulangi pada kertas sama yang sudah berisi hasil cetakan tadi. Sejam kemudian, ia dikagetkan dengan hasil yang sangat berbeda dengan yang diharapkan. Pada awalnya kedua kurva tersebut memang berimpitan, tetapi sedikit demi sedikit bergeser sampai membentuk corak yang lain sama sekali.
Butterfly Effect dan De Javu
Lantas bagaimanakah kaitannya fenomena ilmiah ini dengan de javu? Dalam film Butterfly Effect, akhir dari cerita film tersebut menampilkan scene dimana Evan (Aston Kutcher) dan Kayleigh berpapasan di tengah jalan, dimana Evan sangat mengetahui bahwa perempuan yang ia lihatnya itu ialah Kayleigh, gadis teman kecilnya, yang hidup sebagai akibat dari metamorfosa takdir yang ia ciptakan, sedangkan Kayleigh hanya menatap tipis dan tertegun seraya meyakini itu hanya sebuah de javu. Adakah korelasinya?
Pada dasarnya fenomena deja vu telah melahirkan beberapa teori metafisis yang mencoba menjelaskan apa yang menjadi latarnya. Sebuah teori mengatakan bahwa deja vu sebenarnya berasal dari kejadian serupa yang pernah dialami oleh jiwa kita dalam salah satu kehidupan reinkarnasi sebelumnya di masa lampau. Anda percaya hal itu?
Terlepas dari eksitensi teori-teori psikologi dan teori penyakit degenaratif yang ada, terdapat sebuah korelasi yang menarik antara fenomena takdir, relativitas, dan de javu itu sendiri. Pertanyaan konyol pertama yang saya munculkan ialah apakah kita pernah berfikir bahwa de javu yang kita rasakan merupakan sebuah manifestasi dari adanya pergeseran ruang dan waktu yang (secara tidak sadar) sesungguhnya pernah kita alami.
Pernahkah anda merasa “koq, sepertinya saya pernah datang ke tempat ini sebelumnya ya, padahal ini pertama kali saya datang ke sini…”, atau jangan-jangan kita memang pernah ke tempat itu sebelumnya, namun dengan ruang dan waktu yang berbeda dengan kehidupan kita sekarang, entahlah!!!
Sewaktu pertama kali saya selesai menonton film Butterfly Effect, terbesit dipikiran saya sebuah kejadian yang ada kaitanya dengan film “The Butterfly Effect”. Menurut saya Evan dalam film ini sebenarnya mengalami gangguan kejiwaan.
Saya pernah membaca sutu teori yang di ungkapkan oleh ahli kejiwaan bahwa orang yang mengalami gangguan kejiwaan (orang gila) sebenarnya punya kehidupannya sendiri yang tidak sejalan dengan ruang dan waktu kehidupan orang-orang yang lainnya, jadilah orang-orang gila tersebut “hidup” dalam kehidupannya sendiri.
Hal ini terefleksi juga dari salah satu bagian cerita film Butterfly Effect dimana Evan sempat dianggap mengalami gangguan jiwa karena memiliki “kehidupan” yang variatif karena dirinya telah pernah beberapa kali memutar ruang dan waktu hidupnya sehingga akhirnya memiliki takdir dianggap sebagai orang gila.
Butterfly Effect merujuk pada Takdir
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa butterfly effect adalah suatu kondisi dimana satu atau lebih perbuatan (kecil atau besar) yang dilakukan akan berakibat secara langsung kepada orang lain di lain waktu, di lain tempat. Dapat diartikan sebagai reaksi berantai sebab akibat. Lebih sederhananya lagi dapat dikatakan bahwa betapa sekecil apapun ternyata perbuatan kita bisa berentet secara dahsyat dan luar biasa kepada orang lain disuatu waktu dan disuatu tempat.
Dalam sebuah majalah disebutkan bahwa butterfly effect merupakan sebuah keadaan di mana suatu kejadian akan mempengaruhi kejadian-kejadian yang lain. Suatu keputusan dapat menimbulkan akibat-akibat yang dapat mengubah kondisi dari berbagai hal di dunia. Semua orang, semua keputusan, semua peristiwa selalu memiliki koneksi dan pengaruh pada orang lain yang mengambil keputusan lain dan menghasilkan peristiwa yang lain pula.
Ada beberapa pihak yang berpendapat butterfly effect ini merujuk kepada ‘takdir’. Karena Tuhan sebagai Causa Prima atau Maha Penyebab. kebanyakan manusia berpedoman pada istilah ‘manusia boleh berencana, Tuhan yang menentukan’.
Mungkin anggapan itu hal yang lumrah, karena kita hidup di dunia ini memang untuk memainkan peranan kita sebagai manusia dengan sebaik-baiknya. Tuhan menginginkan kita untuk berusaha baik dalam hal ibadah dan yang bersifat keduniawian.
Saya sendiri yakin segala sesuatunya adalah pasti. Ada awal pasti ada akhir. Ada yang lurus, ada juga yang berkelok. Yang terpenting adalah meyakinkan hati, dari mana dan mau kemana diri kita ini akhirnya, sambil tetap bertahan untuk tetap berada dijalanNya.
Apapun warna hidup ini, sedih atau senang, sempit atau lapang, semuanya terjadi seizinNya. Mungkin semua yang terjadi itu memang takdir, tapi ketahuilah bahwa sebagian takdir dapat dirubah sedemikian rupa dengan mudah olehNya.
bener gan, saya sering sekali merasakan de javu, memang awal2nya film BE bikin bingung sekaligus bikin penasaran.
ReplyDeletefilmnya bagus (y)
iya sya nonton film ini sangat bagus bnget....
ReplyDeletesaya nontonn pertama kali film ini pas ceritanya udah ditengah''' tp masih nyambung sih ma jalan ceritanya.. film bagus banget...
ReplyDeletehallo mba yuni, salam kenal. nama saya anggeraini, saya mahasiswa jurusan bimbingan konseling di universitas jambi. saya mendapat tugas dari salah seorang dosen saya untuk membuat resensi mengenai film the butterfly effect. nah, masalahnya sampai saat ini saya belum menonton filmnya dan sulit sekali untuk mendapat link download film the butterfly effect. kalau boleh saya mohon bantuan mba yuni, saya ingin menonton film ini secara langsung. kalo mba punya filmnya saya berniat ingin pinjam. terima kasih sebelumnya mba, bisa hubungi saya di 085669827590. :)
ReplyDeleteSorry for late reply mbk... Baru buka blog dan liat koment dr mbk.. Coba search di www.ganool.com nanti akan muncul link downloadnya. Sy dulu dpt filmya dowload jg di www.thehacker.com tp webnya lg troble tuh kayaknya. Yg sy punya file di pc mbak.
DeleteNice to see u:)
makasih atas berbagi ilmunya...
ReplyDeletesaya pernah baca sekilas mengenai butterfly effect, disini djelaskan lbh lanjut ;)
makasih
sama-sama... thanks for visit:)
Deleteapakah cerita dari the butterfly effect itu sama dengan astral projection?
ReplyDeletetolong pencerahannya dong:D saya penasaran dengan maksud film itu:)
Kalo menurut saya ceritanya sendiri tidak sampai kepada astral projection, tokohnya lebih kepada mengalami De javu... kalo nonton sekali saja memang sulit memahami cerita film ini.
DeletePernah nonton Donnie Darko sis? Hampir mirip, tapi film Donnie Darko lebih rumit untuk di pahami dibanding The Butterfly Effect
ReplyDeleteBenar sekali, film paling rumit yg pernah saya nonton.. tapi dari sisi psikonya saya lebih prefer ke Butterfly effect.. anyway nice to see u here :)
Deletemakasi infonya mbak, saya slalu penasaran asal dosen saya bilang 'butterfly effect' saya cari di wikipedia, agak rumit. Disini saya dapat penjelasan lbh dalam, jd lumayan paham skrg. Bnyk pelajaran yg bisa di ambil.. Jd pngin nonton filmnya, nnt bakal saya usahain cari.. Sekali lagi makasi mbak yuni.. :)
ReplyDeleteSama-sama... sharing is caring.. Thanks ya sudah visit :)
Deletedulu sering denger kata "Butterfly effect" tp gk pernah ngeh..
ReplyDeletepas udah nonton film ny baru deh ngerti maksud dr butterfly effect itu.
Film ny emang keren,"Keputusan kecil saat ini akan berdamapak besar 5-10thn ke depan".
Assalamu'alaikum
ReplyDeleteMbak, saya kepengen banget nonton film ini. Tapi susah banget nyarinya -_-
Bisa bantu nggak mbak? Di ganool.com udah mati semua linknya. Bingung deh.
Download aja di www.nontonmovie.com ... udah ada subtitle nya juga disitu. Enjoy ;)
Deleteada satu film lagi mbak judulnya "Dark Floors" ini film ke arah horror tp ndak kalah bagus sm BE ^^
ReplyDeleteada lanjutannya juga ternyata BE 2 dan 3.. memang ceritanya asik
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSuka tulisannya.. Belum nonton sih, tapi udah kebayang bagusnya film ini...
ReplyDeleteNice share Mbak Yuni dan Salam kenal ;)
suka sekali film ini, tp sangat susah sekali cari link downloadnya..
ReplyDeletekalau ada yg tau, kasih tau dong..
nice article, lagi belajar nulis juga semoga bisa jadi kaya sampean hehe http://leonardfresly.blogspot.com/
ReplyDeleteNice :D Baca juga artikel saya tentang ini di http://zulkaiser.blogspot.com/
ReplyDelete