Sudah
biasa bagi kita apabila sakit dan berobat kedokter kemudian diberikan
antibiotic apapun jenisnya, pasti petuah dokter adalah yang ini antibiotic
harus dihabiskan ya?? Memangnya Kenapa sih.
Antibiotik
itu seperti peluru yang ditembakan kepada bibit penyakit. Ketika ditembak maka
bibit penyakit akan tumbang tetapi sesungguhnya dia belum mati (cuma sekarat
doang). Saat sekarat bibit penyakit akan menyembuhkan diri dan menggunakan baju
perang dari lebih kuat dan kebal. Untuk itulah minum obat antibiotik harus
selalu dihabiskan sehingga bibit penyakit sudah mulai tumbang akan langsung
mati dan tidak akan hidup lagi sampai ke akar-akarnya.
Nah, walaupun kita sudah merasa sembuh namun antibiotic masih tersisa kita harus tetap meminumnya sampai benar-benar habis karena kalau kita merasa sudah sembuh dan berhenti minum antibiotic bibit penyakit yang tumbang memiliki kesempatan untuk memulihkan diri dan akan menjadi kuat, dia jadi kebal dengan antibiotik itu, jadi nanti kalau sakit seperti itu lagi sudah tidak bisa lagi di atasi dengan antibiotic tersebut . Inilah yang disebut resistensi antibiotik. Kalaupun harus disembuhkan bukan dengan obat yang sama tetapi dengan golongan yang lebih tinggi atau dikombinasi pengobatannya.
Nah, walaupun kita sudah merasa sembuh namun antibiotic masih tersisa kita harus tetap meminumnya sampai benar-benar habis karena kalau kita merasa sudah sembuh dan berhenti minum antibiotic bibit penyakit yang tumbang memiliki kesempatan untuk memulihkan diri dan akan menjadi kuat, dia jadi kebal dengan antibiotik itu, jadi nanti kalau sakit seperti itu lagi sudah tidak bisa lagi di atasi dengan antibiotic tersebut . Inilah yang disebut resistensi antibiotik. Kalaupun harus disembuhkan bukan dengan obat yang sama tetapi dengan golongan yang lebih tinggi atau dikombinasi pengobatannya.
Bagaimana antibiotika
digunakan
Secara
umum, antibiotika digunakan dalam tiga cara yaitu terapi empiris, definitif,
dan pencegahan.
Empiris
Pemberian
antibiotika secara empiris biasanya merupakan terapi awal sebelum data
laboratorium ada, dan ini yang paling sering dilakukan. Tentunya harus
diberikan dengan banyak pertimbangan secara educated guess (dugaan berbasis
pengetahuan). Jadi, dokter menyimpulkan dari gambaran penyakit tertentu yang
mengarah pada kuman tertentu. Misalnya infeksi kulit paling sering disebabkan
kuman stafilokokus atau streptokokus, sedangkan infeksi saluran kemih
didominasi kuman gram negatif seperti E.Coli, Enterobakter, dan golongan
proteus. Kuman Hemofilus influenza dan morazella sering ditemukan pada radang
telinga tengah dan sinusitis (radang sinus). Pemberian antibiotik secara
empiris dilakukan sesuai dengan kuman terbanyak yang ada di daerah tersebut
yang diperoleh dari penelitian.
Definitif
Terapi
definitif dilakukan setelah kuman ditemukan lewat biakan kuman atau uji
kepekaan. Antibiotik yang dipilih idealnya dapat membunuh bakteri penyebab,
tepat sasaran, bisa ditoleransi pasien, dengan mempertimbangkan umur anak,
keadaannya, adanya penyakit atau komplikasi, fungsi ginjal, hati, dan
sebagainya. Terapi ini memang ideal namun kelemahannya adalah faktor waktu. Biakan
kuman dan uji kepekaan membutuhkan waktu 3-7 hari dan ini menyulitkan terutama
pada infeksi yang berat.
Terkadang
dokter memberikan kombinasi dua antibiotik dengan tujuan mengobati infeksi yang
belum jelas kuman penyebabnya, infeksi multipel, serta meningkatkan aktifitas
obat dan untuk mencegah resistensi. Tapi cara ini tidak dianjurkan untuk
pemakaian antibiotik jangka lama.
Profilaksis (pencegahan)
Pada
keadaan tertentu antibiotika digunakan untuk mencegah penyakit. Biasanya
digunakan pada infeksi saluran kemih berulang, pasien dengan transplantasi
organ tubuh atau pasien dalam kemoterapi maupun tindakan bedah.
Untuk
anak yang sakit dan datang ke praktik dokter, pengobatan antibiotika kebanyakan
diberikan secara empiris. Selain karena sulit mengontrol apakah si anak akan
kembali ke dokter yang sama, juga dibatasinya waktu untuk mendiagnosis
penyakit. Biasanya yang tersulit adalah menentukan penyebab virus atau bakteri
terutama pada infeksi saluran napas yang mencakup organ telinga, hidung, dan
tenggorokan, serta saluran napas bawah, demikian juga infeksi saluran cerna.
No comments:
Post a Comment