Translate

May 19, 2011

Antara Optimis & Berharap

Harapan dan optimis, menurut sebagian dari kita sebagai dua tema yang sama, atau bisa saling menggantikan. Dan mungkin diantara kita ada pula yang menganggap bahwa harapan adalah bagian dari optimis atau sebaliknya.


Jadilah orang yang optimis, jangan pesimis, apakah ini berarti orang yang optimis memiliki harapan? Atau optimis itu sendiri berarti harapan, atau sebaliknya, orang yang memiliki harapan berarti optimis?

Berbicara mengenai optimis sudah pasti mengikutkan tema lain yang selalu menyertainya bak saudara kembar, yaitu pesimis. Akan tetapi, ketika kita menyinggung mengenai harapan, pesimis tidak selalu mengikuti. Kehadiran tema pesimis selalu menjadi oposisi penegas dalam kajian mengenai optimis. 

Harapan


Hope is the sum of the mental willpower and way power that you have for your goal (Snyder, 1994)


Tiga elemen mental dasar dalam harapan, yaitu (1) tujuan (goal), (2) keinginan kuat (willpower), (3) jalan keluar (way power).

Goal is any objects, experiences or outcomes that we imagine and desire in our minds (Snyder, 1994)

Memiliki harapan berarti memiliki goal untuk diraih, dicapai, didapatkan. Tujuan inilah sebagai komponen penting utama dalam sebuah harapan. 

Tujuan tersebut memiliki pergerakan dinamis dalam rentang yang luas mulai dari tidak  mungkin hingga pasti. Langkah selanjutnya, bagaimana menyempitkan dan menajamkan rentang ini?

Yang kita butuhkan adalah memfokuskan perhatian diri terhadap satu tujuan utama, jadikan tujuan itu sebagai sesuatu yang penting dan bermakna besar  dan patrikan tujuan itu sebagai harapan diri. Ketika kita telah mengukuhkan tujuan itu di tempat yang istimewa, elemen mental dasar lainlah yang selanjutnya mengambil alih. Kita melangkah ke willpower sebelum selanjutnya ke way power.

Willpower is the driving force in helpful thinking (Snyder, 1994)

Seberapa kuat keinginan diri kita untuk mewujudkan tujuan lah yang selanjutnya akan berbicara. Sebuah kotak mental dalam diri kita yang memuat keteguhan dan komitmen yang akan menolong kita untuk bergerak dengan arah efektif guna mewujudkan tujuan yang telah kita tentukan di awal.

Kita akan lebih mudah menggerakkan willpower  ini apabila dalam alam kognitif kita mampu membayangkan, memahami secara jelas dan menghadirkan tujuan penting tersebut. Willpower merepresentasikan kemampuan kognitif kita dalam menghasilkan inisiatif dan aktivitas yang berkesinambungan dalam meraih tujuan.  

Pengalaman kesuksesan di masa lalu memang salah satu dasar kuat dalam mental dasar ini, namun hal ini bukanlah kartu mati untuk memulai.

Way power reflects the mental plans or road maps that guide hopeful thought (Snyder, 1994)

Tidak hanya keinginan mewujudkan tujuan/keinginan, namun bagaimana mencapainya juga tidak bisa ditinggalkan. Way power sebagai kemampuan mental untuk menemukan dan menciptakan jalan yang efektif.

Sekali lagi, kejelasan akan tujuan sangat membantu way power ini mengeluarkan berbagai rencana dan solusi aksinya. Terkait dengan aktivitas produksi solusi, maka fleksibilitas memegang peranan krusial. "If you can't do it in one way, do it another way" menjadi motto yang memberi gambaran komprehensif.

Optimis


The learned optimism approach suggests that optimist have a style of explaining events so they distance and circumscribe their failure (Snyder, 1994)

Ternyata optimis merupakan pola pikir tentang suatu kejadian yang menimpa seseorang, khususnya kejadian buruk. Ada tiga dimensi utama dalam optimis;

(1)   menempatkan kesalahan sebagai factor eksternal dari diri
(2)   mengevaluasi kesalahan dalam sudut pandang akan terus berlanjut atau tidak
(3)   memandang kesalahan hanya pada satu area dengan penjelasan spesifik daripada melihatnya secara menyeluruh seperti, adanya kemungkinan faktor yang terlihat tidak terkait namun bisa menjadi penyebab.

"Ya, saya memang perenang yang buruk, tapi kalian harus lihat kalau saya main basket deh" Sang optimis memberikan alasan eksternal untuk kejadian buruk sebagai penjelasannya, perbedaannya dengan sang pesimis adalah, pada sisi ekstrem yang berlawanan. Maka jika optimis melihat kejadian buruk sebagai kesalahan eksternal dari diri, pesimis melihatnya dari faktor internal (menyalahkan diri sendiri, misalnya), dan menarik atribusi kaku dan global.
 
Harapan, Optimis dan Pesimis

Harapan adalah proses yang menghubungkan seseorang pada kesuksesan, hal ini yang membuat kegagalan menjadi samar atau tidak terlalu menajam, karena proses mental yang terjadi adalah membentuk jalinan untuk mencapai sesuatu, yaitu keberhasilan. Sementara optimis masih membawa tema kejadian buruk/ kegagalan.

Tidak jarang ada yang bercanda dengan mengatakan, "Optimis sih optimis, tapi realistis dong" Artinya, optimis belum merupakan satu proses jelas dalam memperbaiki kondisi negatif yang terjadi (misalnya) dan sudah pasti mewujudkan hasil nyata.  Bagaimana pun juga, optimisme tanpa harapan, tidak akan jadi apa-apa; dan harapan tanpa gerak dan usaha, juga tidak mewujudkan apa-apa.  Semua kembali pada gerak dan usaha kita.

 

Literature:
C.R. Snyder (1994) The Psychology of Hope: You Can Get There from Here. New York; The Free
Press. RR. Ardiningtiyas Pitaloka, M.Psi.

No comments:

Post a Comment