Translate

October 29, 2010

CINTA SANG NABI

Berikut salah satu syair seorang 'Kahlil Gibran' yang tetap abadi tak lekang oleh waktu.

Cinta Sang Nabi

Bila cinta memanggilmu, turutlah bersamanya
Walau jalan yang mesti engkau lalui sangat terjal dan berliku.

Ketika sayap sayapnya merangkulmu, berserah dirilah padanya
Sekalipun pedang pedang yang bersemayam di balik sayap sayap itu
Barangkali akan melukaimu.

Ketika ia bertutur kepadamu, percayalah padanya
Walaupun suaranya akan memporak porandakan mimpi mimpimu
Laksana angin utara yang meluluhlantakkan taman.

Cinta akan memahkotai dan menyalibmu
Menyuburkan dan mematikanmu
Membumbungkanmu terbang tinggi
Mengelus pucuk pucuk rantingmu yang lentik
Dan menerbangkanmu ke wajah matahari.

Namun cinta juga akan mencekik dan menguruk akar akarmu
Sampai tercerabut dari perut bumi.

Serupa dengan sekantong gandum
Cinta menyatukan dirimu dengan dirinya
Melolosmu sampai engkau bugil bulat
Mengulitimu sampai engkau terlepas dari kulit luarmu
Melumatmu untuk memutihkanmu
Meremukkanmu sampai engkau menjelma liat

Lantas,
Cinta akan membopongmu ke dalam kobar api suci
Sampai engkau berubah menjadi roti
Yang disuguhkan dalam suatu jamuan agung kepada Tuhan.

Cinta melakukan semua itu hanya untukmu
Sampai engkau berhasil menguak rahasia hatimu sendiri
Agar dalam pengertianmu itu
Engkau sanggup menjadi bagian dari kehidupan.

Jangan sekali kali engkau ijinkan ketakutan bersemayam di hatimu
Supaya engkau tidak memperbudak cinta hanya demi kesenangan.

Sebab memang akan jauh lebih mulia bagimu
Segera menutup aurat bugilmu dan meninggalkan altar pemujaan cinta
Memasuki alam yang tak mengenal musim.

Yang akan membuatmu bebas tersenyum, tertawa yang bukan bahak
Hingga engkaupun akan menangis, airmata yang bukan tangisan.

Cinta tak pernah menganugrahkan apapun kecuali wujudnya sendiri
Dan tidak sekali kali menuntut apa apa kecuali wujudnya sendiri pula.

Cinta tidak pernah menguasai dan tidak pernah dikuasai
Lantaran cinta terlahir hanya demi cinta.

Manakala engkau bercinta, jangan pernah engkau tuturkan
“Tuhan bersemayam di dalam lubuk hatiku”
Namun ucapkanlah
“Aku bersemayam di dalam lubuk hati Tuhan”.

Jangan pula engkau mengira bahwa engkau mampu menciptakan jalanmu sendiri
Sebab hanya dengan seijin cintalah jalanmu akan terkuak.

Cinta tidak pernah mengambisikan apapun kecuali pemuasan dirinya sendiri.

Tetapi bila engkau mencintai dan terpaksa mesti menyimpan hasrat
Maka jadikanlah hasratmu seperti ini:

Melumatkan dirimu dan menjelma anak anak sungai yang gemericik
Mengumandangkan tembang ke ranjang malam.

Memahami nyerinya rasa kelembutan
Berdarah oleh pandanganmu sendiri terhadap cinta
Menanggung luka dengan hati yang penuh tulus nan bahagia.

Bangkit dikala fajar dengan hati mengepakkan sayap sayap
Dan melambaikan rasa syukur untuk limpahan hari yang berbalur cinta
Merenungkan muara muara cinta sambil beristirahat di siang hari
Dan kembali dikala senja, dengan puja yang menyesaki rongga hati.

Lantas,
Engkaupun berangkat keperaduanmu dengan secarik doa
Yang disulurkan kepada sang tercinta di dalam hatimu
Yang diiringi seuntai irama pujian yang meriasi bibirmu.

October 27, 2010

Kahlil Gibran

Melanjutkan postingan sebelumnya, berikut sang pujangga dengan karya abadinya yang dikenang sepanjang masa.
  
KAHLIL GIBRAN

Kahlil Gibran dilahirkan pada tanggal 6 Januari 1883 di Beshari, Lebanon. Beshari merupakan daerah yang kerap kali dilanda badai, gempa dan petir. Sehingga sejak kecil mata Gibran  sudah terbiasa dengan fenomena alam semacam ini dan banyak mempengaruhi tulisan tulisannya tentang alam.

Pada usia 10 tahun, bersama ibu dan kedua adik perempuannya, Marianna dan Sultana, Gibran pindah ke Boston, Amerika Serikat. Tak heran bila kemudian Gibran kecil mengalami kejutan budaya, seperti yang banyak dialami para imigran lain yang berhamburan datang ke Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Hari hari Gibran di bangku sekolah umum di Boston di hiasi dengan  masa akulturasi budaya sehingga bahasa dan gayanya dibentuk oleh corak kehidupan Amerika.

Akan tetapi, proses Amerikanisasi Gibran hanya berlangsung selama 3 tahun, karena selanjutnya ia kembali ke Beirut untuk belajar di Madrasah Al-Hikmat (School of Wisdom) antara tahun 1896-1901. Selama awal masa remajanya, visinya tentang tanah kelahirannya dan masa depannya mulai terbentuk. Tirani kerajaan Ottoman, sifat munafik organisasi gereja, dan peran kaum wanita Asia Barat yang sekedar sebagai pengabdi, mengilhami cara pandangnya yang kemudian dituangkan kedalam karya karyanya yang berbahasa Arab.

Gibran meninggalkan tanah airnya lagi ketika berusia 19 tahun, namun memorinya tak pernah bisa terlepas dari lebanon, negeri tempat ia dilahirkan yang telah menjadi inspirasinya. Di Boston dia menulis tentang negerinya untuk mengekspresikan dirinya. Hal ini yang kemudia memberikan kebebasan untuk menggabungkan dua pengalaman budaya yang berbeda untuk dijadikan satu lewat karyanya.

Gibran menulis drama pertamanya di Paris dari tahun 1901-1902 saat usianya menginjak 20 tahun. Karya pertamanya “Spirit Rebellious” ditulis di Boston dan diterbitkan di New York yang berisi empat cerita kontemporer sebagai sindiran keras terhadap orang orang korup disekitarnya., akibatnya Gibran menerima pengucilan dari gereja Maronite. Namun, justru sindiran sindiran Gibran itu dianggap sebagai harapan dan suara pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat.

Masa masa pembelajaran Gibran di Paris hancur luluh ketika ia mendapatkan kabar kematian adik bungsunya. Gibran segera kembali ke Boston, Kakaknya Peter yang menjadi tumpuan keluarga pun akhirnya meninggal, kemudian ibunya Kamilah wanita yang memuja dan dipujunya pun meninggal karena tumor ganas. Hanya adiknya Marianna yang tersisa. Kematian anggota keluarganya terjadi sekitar bulan Maret dan Juni tahun 1903.  

Ditahun tahun awal kehidupan Gibran dan adik satu satunya yang tersisa, Marianna membiayai penerbitan karya karya Gibran dengan biaya yang diperoleh dari hasil menjahit di Miss Teahan's Gown's. Berkat kerja keras adiknya Gibran meneruskan karir kesenimanan dan kesastraannya yang masih awal.

Pada 1908 Gibran kembali ke Paris dan belajar di School of Beaux Arts dan Julian Academy. Sekembalinya ke Boston Gibran mendirikan studio di West Cedar Street di bagian kota Beacon Hill. Dia juga mengambil alih pembiayaan keluarganya.

Pada tahun 1911, Gibran pindah ke New York dan bekerja di apartemen  studionya di 51 West Tenth Street, sebuah bangunan yang didirikan untuk tempat dia menulis dan melukis.

Sebelum tahun 1912 “Broken Wings” telah diterbitkan dalam Bahasa Arab. Buku ini bercerita tentang jalinan cinta seorang  Salma Karami dengan anak sahabat ayahnya. Namun akhirnya, Salma harus menikah dengan seorang uskup oportunis. Karya Gibran ini sering dianggap sebagai otobiografinya.
Pengaruh “Broken Wings” terasa sangat besar di dunia arab karena disini untuk pertama kalinya wanita wanita arab mempunyai kesempatan untuk berbicara bahwa mereka adalah istri yang mempunyai hak untuk memprotes struktur kekuasaan yang di atur dalam perkawinan. Cetakan pertama “Broken Wings” dipersembahkan untuk Mary Haskell, seorang wanita yang dekat dengan Gibran tanpa diketahui oleh banyak orang.

Sebelum tahun 1918, Gibran siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa inggeris “The Madman”, “His Parables and Poems”. Hubungan Gibran dan Haskell tergambar dalam “The Madman”.
Setelah “The Madman” buku Gibran selanjutnya dalam bahasa inggeris adalah “Twenty Drawing”, 1919. “The Forerunne”, 1920. Dan “Sang Nabi” pada tahun 1923.

Sebelum terbitnya “Sang Nabi” hubungan dekat antara Gibran dan Mary mulai tidak jelas. Mary dilamar oleh Florence Minis, seorang pengusaha kaya di Georgia, dan akhirnya mereka menikah.

Pada tahun 1920, Gibran mendirikan sebuah asosiasi penulis arab yang dinamakan Arrabithah Al Alamia (Ikatan Penulis). Seiring dengan naiknya reputasi Gibran, ia memiliki banyak pengagum diantaranya Barbara Young. Ia mengenal Gibran setelah membaca “Sang Nabi” dan akhirnya Barbara Young ikut aktif dalam studio Gibran.

Gibran menyelesaikan “ Sand and Foam” tahun 1926, dan “Jesus The Son of Man” pada tahun 1928. Ia juga membacakan naskah drama tulisannnya, “Lazarus”  pada 6 Januari 1929. Setelah itu Gibran menyelesaikan “The Earth Gods” pada 1931. Karyanya yang lain “The Wanderer”, yang selama ini ada ditangan Mary diterbitkan tanpa nama pada 1932 setelah kematiannya. Juga tulisannya yang lain “The Garden of The Propeth”.

Pada tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam, Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang sudah lama digerogoti penyakit namun ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Jenazah Gibran kemudian dimakamkan di Ma Sarkis sebuah biara Carmelite dimana Gibran pernah melakukan ibadah. 

Sepeninggal Gibran, Barbara Younglah yang mengetahui seluk beluk studio, warisan dan tanah peninggalan Gibran. Juga tulisan “Di dalam hatiku masih ada sedikit keinginan untuk membantu dunia timur karena ia telah banyak sekali membantuku”.

Petikan puisi Gibran yang menggambarkan sosoknya pada bagian akhir tulisannya yang berjudul “ Dum'ah Wa Ibtisamah (Airmata dan Senyuman) pada judul Shaut Asy-Sya'ir (Suara sang penyair);

Aku datang untuk mengucapkan satu kata
Dan aku akan mengucapkannnya.

Jika kematian datang menjemputku sebelum aku mengatakannya
Maka masa depan akan mengucapkannya.


Sebab masa yang akan datang tak kan tinggal diam
Membiarkan berbagai rahasia yang tersimpan
Di dalam kitab keabadian.

Yang kukatakan saat ini
Dengan satu bahasa, akan diucapkan
Oleh lidah masa depan
Dengan berbagai bunyi dan bahasa.

October 26, 2010

Jalaluddin Rumi

Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al Bakri (Jalaluddin Rumi) lebih populer dengan nama Rumi. Beliau adalah seorang penyair sufi dilahirkan di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6 Rabbiul Awwal tahun 604H, atau tanggal 30 September 1207M. Ayah beliau masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad Muhammad bin Husein. Ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi adalah seorang cendekiawan soleh, mistikus yang berpandangan ke depan, seorang ulama besar yang bermadzhab Hanafi dan karena karisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul  Ulama.

Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaan maka keluarganya meninggalkan Balkh menuju Khorasan. Dari sana Rumi dibawa pindah ke Nishapur, tempat kelahiran penyair dan ahli matematika Umar Khayyam. Di tempat ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah ketuhanan. Mereka juga pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut), lalu pindah ke Baghdad, Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara), dan terakhir menetap di Konya (Turki).

Raja Konya Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasehatnya dan sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut. Dikota ini pulalah ayah Rumi meninggal ketika itu Rumi berusia 24 tahun.

Selain kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi, sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya dan beliau baru kembali ke Konya pada 634H dan ikut mengajar pada perguruan tersebut.

Rumi bukan hanya sekedar penyair, tetapi juga tokoh sufi yang sangat berpengaruh. Rumi adalah guru nomor satu dari tarekat Maulawiah-sebuah tarekat yang berpusat di Turki dan berkembang di daerah sekitarnya. Tarekat Maulawiah pernah berpengaruh besar dalam lingkungan istana Turki Utsmani dan kalangan seniman pada sekitar tahun 1648.

Ketika Rumi berusia 48 tahun beliau berjumpa dengan seorang sufi pengelana bernama Syamsuddin alias Syamsi Tabriz yang kemudian menjadi gurunya . Rumi telah menjadi sufi berkat pergaulannya dengan  Tabriz. Kesedihannya berpisah an kerinduannya untuk berjumpalagi dengan gurunya itu telah turut berperan mengembangkan emosinya, sehingga beliau menjadi penyair yang amat sulit ditandingi. Untuk mengenang dan menyanjung gurunya, Rumi menulis syair syair yang kemudian dihimpunnya yang dikenal sebagai Divan-i Syams-i Tabriz. Beliau membukukan pula wejangan dan nasehat gurunya dalam rangkaian yang berjudul Maqalat-i Syams Tabriz.

Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syekh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas motivasi sahabatnya, ia berhasil selama 15 tahun terakhir masa hidupnya menghasilkan himpunan syair yang begitu mengagumkan yang di beri nama Masnavi-i. Buku ini terdiri dari 6 jilid dan berisi 20.700 bait syair.

Dalam karyanya ini terlihat ajaran tasawuf yang begitu mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain lain. Karyanya yang lain adalah 'Rubaiyyat (sajak empat baris dalam jumlah 1600 bait), Fiihi Maa Fiihi (dalam bentuk prosa; merupakan himpunan ceramah tentang tasawuf) dan Maktubat (himpunan surat suratnya kepada sahabat dan pengikutnya).

Bersama Syekh Hisamuddin pula Rumi mengembangkan tarekat Maulawiyah atau Jalaliyah. Di barat, tarekat ini dikenal dengan nama The Whirling Dervhises (para darwisy yang berputar putar). Nama ini muncul karena para penganut tarekat ini melakukan tarian berputar putar , yang di iringi oleh irama gendang dan suling dalam dzikir mereka.

Pada 5 jumadil Akhir 672H dalam usia 68 tahun Rumi wafat karena sakit keras yang dideritanya. Penduduk Konya begitu kehilangan sosok seorang ulama besar yang dihormati.

Berikut kutipan syair menjelang kematian beliau:

Aku mati sebagai mineral dan menjelma sebagai tumbuhan
Aku mati sebagai tumbuhan dan lahir kembali sebagai binatang
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.

Kenapa aku harus takut?
Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.

Sekali lagi, aku masih harus mati sebagai manusia
Dan lahir dialam para malaikat.
Bahkan setelah menjelma sebagai malaikat,
Aku masih harus mati lagi.

Karena kecuali Tuhan,
Tidak ada sesuatu yang kekal abadi.

Setelah kelahiranku sebagai malaikat, aku masih akan menjelma lagi
Dalam bentuk yang tak kupahami.

Ah, biarkan diriku lenyap, memasuki kekosongan, kesunyataan
Karena hanya dalam kesunyataan itu terdengar nyanyian mulia;

“Kepadanya kita semua akan kembali”

October 25, 2010

Hafez

Bernama lengkap Khojeh Syamsuddin Muhammad Hafiz Shirazi, lebih dikenal dengan nama Hafez adalah seorang sufi dan penyair parsi putra dari Bahuddin. Beliau dilahirkan antara tahun 1310-1337 di Shiraz, iran. Beliau begitu dipuja dengan keindahan syair syair sufi dan ghazal beliau. Ciri khas dari syair syair beliau adalah surealisme modern.

Tidak banyak yang diketahui mengenai kisah awal kehidupan  beliau. Berdasarkan syair syair beliau, Hafiz dimungkinkan mendapatkan pendidikan yang sempurna. Ayahanda beliau adalah seorang pedagang arang batu yang wafat ketika Hafiz masih kanak kanak.

Hafiz banyak berguru kepada Attar Shiraz, seorang cendekiawan parsi. Setelah itu kemudian beliau menjadi penyair di istana Abu Ishak selain itu beliau juga menjabat sebagai guru di sekolah pengajian Quran. Pada umur 30an tahun tentara Muzaffarid menawan gurunya Shiraz dan menyingkirkan Hafiz dari jabatannya sebagai penyair istana.

Pada masa pemerintahan  Shah Shuja al Din Muzaffar, Hafiz kembali dingkat sebagai penyair dan guru  alquran namun kemudian beliau terpaksa melarikan diri karena fitnah dari pesain pesaing beliau. Hafiz melarikan diri dari Shiraz ke Isfahan dan Yazd.

Saat beliau berusia 52 tahun sekalilagi Hafiz mendapatkan jawatan di istana dan kali ini karen beliau dijemput oleh Shah Shuja, namun akhirnya Shah Shuja kalah dan terbunuh dalam peperangan melawan Tamerlane. Di usia tua beliau ia harus bertemu dengan Tamerlane untuk mempertahankan syair syairnya yang di tuduh sebagai syirik.

Beliau wafat pada umur 69 tahun dan dimakamkan di Shiraz, makam beliau di Shiraz tidak pernah sepi dari pelayat dari mancanegara sekedar untuk mengenang dan mendoakan beliau sorang sufi dengan syair syair yang begitu mendalam.



Untuk kisah hidup Jalaluddin Rumi dan Kahlil  Gibran akan saya bahas pada postingan berikutnya.

Umar Khayyam

Beberapa nama nama penyair berikut adalah sang pencerah yang memberikan begitu banyak pengajaran, ilham dan inspirasi bagi saya untuk mengenal Tuhan lebih dalam, mengkaji dan menelaah arti hidup dan kehidupan, diantara mereka adalah sufi yang begitu terkenal dengan karya karya agungnya yang terus bergema sepanjang zaman...

Anda mungkin mengetahui beberapa dari mereka melalui syair syair indahnya namun tidak begitu mengenal sosok beliau.. Berikut ini saya akan menguraikan kisah hidup/biografi dari mereka:

1. Umar khayyam
2. Hafez
3. Jalaluddin Rumi
4. Kahlil Gibran...

Kisah hidup beliau beliau saya himpun dari berbagai sumber baik dari buku buku yang saya baca maupun dari file file internet dari para bloger, and I would say thank you so much for them...


UMAR KHAYYAM

Dikenal sebagai seorang penyair unggul parsi dan ahli astronomi, selain itu beliau juga dikenal sebagai ahli matematika islam yang telah memperkenalkan sebuah persamaan parsial antara aljabar dengan geometri.

Bernama lengkap Umar Ibn Ibrahim al-Khayyami. Beliau dilahirkan di Nisyapur, semenanjung Khurasan pada 433H/1040M dan wafat pada 517H/1124M.

Sejak kecil beliau sudah memperoleh pendidikan yang baik dari orang tuanya yang termasuk keluarga berada. Salah seorang gurunya adalah Imam Muwaffak, seorang guru yg sangat terkenal di Nisyapur kala itu.
Kebijaksanaannya dan kepandaiannya menarik perhatian Sultan Alik Syah dan menawarkan kepada beliau menjadi pejabat di istana. Namun Umar Khayyam tidak berminat, beliau lebih tertarik pada dunia keilmuan, sastra dan sains. Di sebuah observatori astronomi beliau mengembangkan ilmunya, kemudian beliau diangkat menjadi ketua peneliti astronomi di perguruan tinggi Nizamiah, Baghdad, Iraq.

Pera ilmuwan yang dipimpin oleh beliau melakukan modifikasi terhadap perhitungan kalender islam. Perubahan ini didasarkan pada pemikiran dan kenyataan bahwa manusia hanya mengenal tahun syamsiyah (yang mempunyai 365 hari) dan tahun qamariah (354 hari).

Pada dasarnya apa yang beliau lakukan mirip dengan revisi yang dilakukan oleh Paus Gregory XIII pada 1528M terhadap kalender Kristian atau kalender Julian (Julianus Caesar) yang telah dipakai sejak 46M. Hasik kerja dari tim yang beliau pimpim ternyata jauh lebih baik berbanding yang dilakukan oleh Paus Gregory XIII.

Sejak 1079M, Umar khayyam pertama kali menerbitkan hasil penelitiannya berupa gambar raja astronomy yang dikenal sebagai Zij Malik Syah. Begitu juga karyanya dalam bidang matematika mengenai aljabar dan sebuah buku penelitian tentang buku The Difficullies of Euclid's Definitions (kesulitan definisi fuclides). Semua karyanya ini masih tersimpan rapi sampai saat ini.

Karyanya tentang Al Jabr (Aljabar) telah diterjemahkan dan disunting oleh F.Woepeke kedalam bahasa inggris. Ini merupakan sumbangan terbesar bagi negerinya serta bagi pengkajian ilmu matematika pada umumnya.

Beliaulah orang pertama yang secara ilmiah mengklasifikasikan persamaan persamaan tingkat satu ( persamaan linear) serta memikirkan kemungkinan dan mengutamakan masalah persamaan pangkat tiga (kubik) yang berpangkal pada persamaan umum. Berbeda dengan Al Khawarizmi yang lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada persamaan kuadrat.

Umar Khayyam turut menghasilkan Jawami al Hisab yang mengandung rujukan awal mengenai segitiga pascal dan menguji balik postulat V Euclides yang berkaitan dengan tori garis sejajar.

Dalam satu risalahnya beliau menguraikan tentang kesulitan definisi euclides yang menggambarkan segi empat ABCD dengan sisi AB dan CD yang sama dengan sisi lainnya. Umar Khayyam dan al Thusi juga menyadari bahwa ada kemungkinan jumlah sudut sebuah segitiga kurang dari 180 derajat.

Banyak orang yang lebih mengenal Umar Khayyam lewat syair syairnya. Karya syair Umar Khayyam disusun dalam satu kumpulan rubaiyyat atau quatrain (syair empat baris). Kebanyakan karyanya menyingkap kerendahan hati dan sifatnya kepada ALLAH s.w.t. Bahkan, hasil karya beliau telah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh Fitz Gerald pada 1859M.

Pada 1893, E.H. Whinfiel pernah menerjemahkan sebuah buku edisi Umar Khayyam, 500 Quatrains, A Scholarly Work. Kemudian pada 1902, Bjerregard telah menerbitkan buku sufi Interpretations of Omar Khayyam and Fitz Gerald.

October 22, 2010

Kerinduan Sang Pencinta

Sekian lamanya meninggalkan blog ini terasa ada yang kurang dalam hatiku. Ada kerinduan untuk menulis, menumpahkan rasa dengan bahasa hati yang bisa dimengerti oleh jiwa jiwa yang lepas bebas... Dan hari ini sempat itu ada, rindu itu menyeruak menggerakkan hati menggoreskan kata...

Kerinduan Sang Pencinta

Aku mencintaimu,
Karena ruku' dan sujudmu
Karena kesempurnaan ibadahmu
Karena rasa cintamu yang begitu besar kepadaNya
Dan kepada RasulNya.

Aku mencintaimu,
Karena taat dan patuhmu padaNya
Karena lembut tutur katamu melantunkan asmaNya
Karena halus budi bahasamu memujaNya.
Aku menunggumu,
Untuk menyempurnakan ibadahku, sebagai pendamping hidupku.

Aku mengharapkan seseorang yang lebih halus
Untuk menaklukkan hatiku yang tegas
Aku mengharapkan seseorang yang lebih tangguh
Untuk menguatkan hatiku yang sesungguhnya lemah.

Aku merindukanmu,
Merindukan jiwamu menyelami jiwaku
Membisikkan merdu kalamNya dipalung jiwaku
Sehingga langkahku senantiasa dalam ridhoNya

Maka, ijinkanlah bisik kalbuku
Sebagai petunjuk arahmu atas ijinNya.

Sesungguhnya,
Aku mencintaimu, Aku menunggumu, Aku merindukanmu
Karena ALLAH....